Monday, June 21, 2010

I Wayan Dalun, Perintis Seni Tari Arja

2 komentar
arja_muani Perkembangan seni tari arja di Bali tentu tidak bisa dipisahkan dari sosok I Wayan Dalun (alm). Seniman tari asal Banjar Pande, Desa Blahbatuh yang diperkirakan lahir pada tahun 1890-an inilah yang pertama kali membentuk Sekaa Arja Roras di mana seluruh pragina-nya berjenis kelamin laki-laki. Nama I Wayan Dalun mulai "berkibar" di jagat seni hiburan Bali ketika kakek dari mantan Bupati Gianyar Made Kembar Kerepun ini membentuk Sekaa Arja Roras bersama sebelas orang rekan prianya -- Wayan Purna, Gusti Alit Selat, Dewa Gede, Ketut Bara, Ketut Kasa, Ida Bagus Rangkan, I Regis, Ida Bagus Gederan, Ida Bagus Sidan dan Wayan Teduh -- pada tahun 1915 silam. Aktivitas berkesenian seniman yang semasa hidupnya bersahabat karib dengan pelukis I Gusti Nyoman Lempad ini dilakoninya hingga ajal menjemputnya sekitar 1940-an. "Kompyang (kakek) Dalun diperkirakan meninggal dunia tahun 1940 silam, menjelang Jepang menjajah Indonesia . Menurut penuturan tetua kami, beliau meninggal karena terserang penyakit tetanus. Beliau meninggal dalam usia relatif muda," ujar salah seorang cucunya, Kembar Kerepun, kepada Bali Post, Sabtu (18/12).
Menurut Kembar Kerepun, sosok Dalun sangat berpengaruh dalam sekaa arjanya. Ketampanan paras dan kelembutan suaranya serta kepiawaiannya menari membuat suami Ni Wayan Tiles ini senantiasa kebagian peran sentral dalam setiap lakon yang dipentaskannya. Dia dikenal sebagai spesialis pemeran mantri manis (raja muda-red) atau kebagian peran-peran lembut lainnya seperti Jaya Prana, Sampik, Japa Tuan dan sebagainya. Nama besar Dalun menarik hati sederetan krama Bali berguru kepadanya. Artis-artis arja yang sempat harum namanya di jagat seni hiburan Bali seperti Ketut Rinda, Lotring, Gung Mandra dan Lemon adalah segelintir dari seniman arja kondang yang lahir dari "polesan" tangan dingin seorang Dalun. Begitu kuatnya pesona Dalun, sehingga sejumlah seniman arja masa kini dari seantero Bali menyempatkan diri untuk tangkil (bersembahyang-red) di pamerajan keluarga almarhum Dalun. Tujuannya jelas, berharap agar "ditulari" taksu yang mengitari diri Dalun, sehingga membuat namanya begitu fenomenal di kalangan seniman arja. "Sejumlah literatur berbahasa Inggris memang sempat mencantumkan nama I Wayan Dalun sebagai perintis tari arja di Bali dengan Sekaa Arja Roras yang seluruh pragina-nya laki-laki. Generasi Arja Roras berikutnya seperti era kejayaan Ribu, Monjong, Rinda, Sadra, Sadeg, Jro Suli, Lemon dan Putu Lasmi, pragina-nya sudah campuran antara laki-laki dan perempuan. Kehadiran Sekaa Arja Muani Printing Mas dan Akah Canging yang kondang belakangan ini, boleh jadi terinspirasi dan ingin mengulang masa kejayaan Dalun dkk," kata Kembar Kerempun yang mengaku masih mengoleksi gelungan dan kostum arja yang sempat dikenakan Dalun pada saat masa kejayaannya dulu.
Pada 1934, kata Kembar Kerepun, Dalun bersama rekannya Purna sempat menuangkan kreativitas mereka dalam empat pelat piringan hitam yang dicetak khusus di Jerman. Lakon arja yang diusung dalam empat piringan hitam itu meliputi Jayaprana, Sampik-Ingtay, Japa Tuan dan Eman-eman Gusti Wayan. Sayang, Kembar Kerepun mengaku tidak tahu-menahu di mana keempat piringan hitam kini berada. Dikatakan, pihaknya sempat mendapatkan satu keping piringan hitam asli dalam kondisi pecah dan sekarang sudah diserahkannya kepada salah seorang dosen ISI Denpasar.(*)
sumber : balipost

Related Post:

2 komentar:

Post a Comment

"DO FOLLOW" plugin installed, comment on this site and improve your pagerank