Friday, March 12, 2010

The Art of Megibung

3 komentar

Megibung adalah sebuah seni makan bersama yang dilakukan oleh umat hindu yang hanya ada di Karangasem, bagian timur dari Pulau Bali.
Megibung ini dilakukan dengan wadah khusus dengan posisi makan mengilingi wadah tersebut. Biasanya dalam satu lingkaran ada 6 sampai 7 orang.Satu kelompok itu disebut sela.
Megibung pada hakikatnya dilakukan oleh umat hindu di Bali pada saat melakukan upacara Panca Yadnya baik itu Manusa Yadnya seperti upacara perkawinan dan upacara Pitra Yadnya seperti upacara Ngaben ( upacara pembakaran mayat atau kremasi umat Hindu di Bali. Megibung ini biasanya dilakukan pada saat kita selesai melakukan gotong royong dalam membantu orang yang sedang mempunyai acara dan sebagai bentuk tradisi penghormatan maka dalam pemberian makan bagi mereka yang membantu diadakanlah Megibung. Megibung adalah sebuah budaya yang patut dilestarikan karena dengan Megibung kita sebagai umat beragama dapat memupuk rasa persatuan dan rasa gotong royong.
Dalam pelaksanaannya sebenarnya Megibung mempunyai beberapa aturan namun banyak orang tidak tahu mengenai hal ini khususnya orang dari luar Karangasem, maka dari itu saya akan membahas mengenai aturan dalam Megibung :
1. Orang paling tua ( tertua ) yang berhak membagikan makanan pada saat Megibung
2. Tidak boleh mengambil makanan orang di sebelah kita baik itu saudara kita sendiri dalam artian karena dalam Megibung itu kita makan dengan satu wadah kita harus bisa menjaga sopan santun.
3. Jangan menjatuhkan sisa makanan yang telah kita makan di atas wadah Megibung usahakan tidak menjatuhkan makanan atau bisa dijatuhkan di luar.
4. Pada saat membagi lauk atau daging yang sulit dibagi jangan menggunakan mulut karena haram hukumnya dalam Megibung, gunakanlah tangan.
5. Terdapat urutan dalam membagikan lauk pada saat Megibung seperti contoh sayur sebagai pembuka dan terakhir adalah sate.

SEJARAH MEGIBUNG
Menurut beberapa catatan sejarah, tradisi megibung ini dikenalkan oleh Karangasem I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Ketika itu, Karangasem dalam ekspedisinya menaklukkan Raja-raja di tanah Lombok (Raja Sasak). Ketika istirahat dari peperangan, raja menganjurkan semua prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi melingkar yang belakangan dikenal dengan nama Megibung. Bahkan, raja sendiri konon ikut makan bersama dengan prajuritnya.

Megibung penuh dengan nilai-nilai kebersamaan. Dalam megibung secara umum tidak ada perbedaan jenis kelamin, kasta atau catur warna. Anggota satu sela, misalnya, bisa terdiri laki dan perempuan, atau campuran dari golongan brahmana, ksatrya, wasya dan sudra. Mereka bersama-sama menghadapi makanan. Nilai kebersamaan ini telah dicanangkan sejak jaman I Gusti Anglurah Ktut Karangasem, dan sudah menjadi tradisi hingga kini, baik di Karangasem maupun Lombok.

Related Post:

3 komentar:

Post a Comment

"DO FOLLOW" plugin installed, comment on this site and improve your pagerank