Sunday, April 25, 2010

Kebudayaan dan Pariwisata Bali dalam Era Globalisasi

4 komentar

A. Pendahuluan
Kebudayaan adalah esensi kehidupan bangsa. Mengenal kebudayaan bangsa berarti mengenal aspirasinya dalam segala aspek kehidupannya sedangkan pariwisata adalah keseluruhan gerakan manusia yang melakukan perjalanan atau pesinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh beberapa keperluan atau motif tanpa bermaksud mencari nafkah tetap.
Oleh karena itu masalah kebudayaan dan pariwisata menjadi sangat menarik, terutama dalam era globalisasi yang telah memasuki seluruh penjuru dunia dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan komunikasi. Bukan negara-negara yang berkembang dengan budaya etnisnya yang menonjol, tetapi juga negara-negara maju pun menghadapi tantangan-tantangan baru, meskipun integrasi nasional mereka sudah mantap.
Mereka mencari jalan keluar untuk mengatasi ekses-ekses negatifnya. Gobalisasi merupakan gejala yang tidak dapat dihindarkan, tetapi sekaligus juga membuka kesempatan yang luas. Gejala ini mulai menonjol sejak awal abad ke-20 dan mengakibatkan banyak hilangnya keaslian watak dan kemandirian budaya bangsa-bangsa. Globalisasi disebabkan oleh kemajuan-kemajuan Iptek, terutama di bidang teknologi komunikasi yang membawa dunia saling berdekatan dan mudah berkomunikasi melalui berbagai media. Yang paling berpengaruh adalah perkembangan dari dunia pertelevisian.
Bali sebagai bagian dari Indonesia, pulau yang kecil tapi amat terkenal di dunia, berkat kebudayaanya melalui komunikasi pariwisata, tak dapat menjauhkan diri dari arus globalisasi ini. Bahkan kelihatannya Bali makin intensif berhubungan dengan perkembangan dunia kepariwisataan yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi komunikasi itu sendiri. Masalahnya sekarang apa yang harus dilaksanakan untuk menghadapi tantangan di bidang kebudayaan dan pariwisata Bali sehubungan dengan terjadinya globalisasi tersebut?.
Persoalan menyangkut kepariwisataan sampai kapanpun selalu menarik dibicarakan. Menarik, mengingat, disadari atau tidak, pariwisata akan hadir selamanya, selama manusia hadir dimuka bumi ini. Tak seorangpun penghuni planet bumi yang berjuluk manusia ini luput dari kegiatan yang namanya wisata, rilek atau santai. Kita sisadari atau tidak dalam hidup ini pasti pernah menjadi turis atau paling tidak menjadi pelancong. Dengan demikian berarti kegiatan wisata bukan semata monopoli orang kaya apalagi orang kulit putih atau kulit kuning. Sementara masyarakat masih menganggap bahwa pariwisata adalah semata-mata bisnis atau urusan mereka yang berkecimpung pada bidang pariwisata seperti hotel, biri perjalanan, restaurant atau atraksi wisata. Mereka lupa dengan hadirnya pariwisata pembangunan menjadi semakin pesat mengingat pariwisata mendatangkan pemasukan cukup besar kepada daerah maupun negara. Mereka lupa bahwa pariwisata memungkinkan adanya pembukaan lapangan pejkerjaan baru dalam jumlah yang cukup besar.
 
B. Kebudayaan dan Pariwisata Bali
Bali mengembangkan Pariwisata Budaya, karena kebudayaan merupakan paling potensial bagi kehidupan masyarakatnya, berakar sangat mendalam dalam sejarahnya dan mempunyai peradaban tua dan ini dapat dikembalikan sejarahnya pada permulaan tahun masehi dan tersebar secara meluas, Modal dasar adalah kebudayaan berfungsi secara normatif dan operasional. Sebagai normatif peranan kebudayaan diharapkan mampu dan potensial dalam memberikan identitas, pegangan dasar, pola pengendalian, sehingga keseimbangan dan ketahana budaya juga diharapkan mampu menjadi daya tarik utama bagi peningkatan pariwisata. Ini memberi petunjuk betapa pentingnya peranan kebudayaan bagi pengembangan pariwisata. Jadi bukan berarti kebudayaan untuk pariwisata tetapi sebaliknya pariwisata untuk kebudayaan. Dan kebudayaan disini bukan hanya berfungsi untjk dinikmati, tetapi juga sebagai media untuk membawa saluing pengertian dan hormat menghormati.
Daya tarik Bali adalah dengan kebudayaannya yang unik dan merakyat. Kehidupan kebudayaannya adalah menyatunya agama, kebudayaan, adat yang harmonis, cipta, rasa dan karsa sebagai unsur budi daya manusia menonjol mengambil bentuk keagamaan, estetika dan etika (seni budaya, solidaritas, gotong royong rasa kebersamaan). Pelaksanaan upacara-upacara keagamaan mewariskan potensi ketrampilan dalam seni budaya dan disiplin rohani tekun bekerja dan taat pada norma-norma kehidupan masyarakat.
Bali telah mulai menginjak dunia kepariwisataan mulai tahun 1927 sampai sekarang dan telah menjadi pusat pariwisata yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 61% lebih tertarik pada kebudayaan dan 32,8% pada keindahan pemandangan alam flora dan fauna dan sisanya 5,37% pada hal-hal lain.
Dalam peningkatan pariwisata, beberapa elemen kebudayaan dan peristiwa kebudayaan telah berperan antara lain :
  1. Sebagai sarana dan media promosi kepariwisataan baik yang langsung di dalam maupun di luar negeri.
  2. Sebagai atraksi yang mencakup pertunjukan kesenian, pameran kesenian, Khusu dengan hal ini pelaksanaan Pesta Kesenian Bali telah berlangsung 10 (sepuluh) tahun dan memberi arti dan nilai yang sangat mendalam.
  3. Sebagai obyek wisata dengan aneka ragam corak khas sebagai kepurbakalaan, obyek kesejahteraan pura, puri desa-desa kuno, museum (etnografi, subak, yadnya, lukisan dan lain-lainnya).
Dalam wujud yang lebih abstrak, suatu sistem nilai dari kebudayaan dapat dipakai sebagai pola penataan ruang taman atau model suatu bentuk management.
Melalui aspek kebudayaan fisik, aspek kebudayaan prilaku dan kebudayaan ideal, simbol dan makna kebudayaan dapat terkomunikasikan kepada pariwisata dan dapat menmberi citra yang mendalam sebagai daya tarik saling menumbuhkan pengertian akan kehidupan kebudayaan suatu bangsa. Juga melalui industri kerajinan sebagai tanda mata, berbagai motif/desain kerajinan dan kreativitas di bidang kerajinan pada masyarakat Bali pada dasarnya bersumber dan mendapat inspirasi dari kebudayaan. Akhir-akhir ini perkembangan kreativitas dari masyarakat yang meningkat dalam berbagai bentuk kerajinan maka nama Bali sebagai daerah pariwisata lebih meningkat lagi.
Kelihatan potensi budaya Bali dalam menghadapi perkembangan kebutuhan akan berbagai kerajinan seni makin meningkat dan sumber budayanya sebagai tak pernah kering. Landasan budaya dalam kehidupan masyarakat yang sosial religius di Bali tetap mantap sehingga kontak-kontak kebudayaan dan pariwisata pada saling menunjang dalam peningkatannya dan dalam pembinaannya. Demikian juga telah mampu meningkatkan kreativitas serta memperkaya diri sebagai hasil dari adopsi, adaptasi yang selektif dan kreatif. Keadaan ini terutama ditunjang oleh pengembangan pariwisata didukung oleh kebijaksanaan pemerintah dan juga oleh masyarakat serta disamping berhasil meningkatkan kreativitas pendapatan masyarakat, juga meningkatkan kreativitasnya dan dorongan bermunculan industri - industri rakyat.
Dinamika budaya mampu mengembangkan dirinya sehingga modernitas dan tradisi menyatu dalam tiap tahap memberi stabilitas yang mantap dan juga meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri serta membuatnya gairah.
Dengan demikian kebudayaan akan terus berkembang sbagai akibat kemajuan-kemajuan masyarakat itu sendiri, menuju masyarakat yang modern, tanpa kehilangan dirinya (berkelanjutan dalam perobahan). Pengembangan kebudayaan memang dibutuhkan oleh masyarakat sedangakan pariwisata memberi dukungan terhadap pengembangan kebudayaan dan mendorong munculnya kreativitas pada masyarakat Bali. Munculnya kreativitas telah mendorong pengembangan kebudayaan. Pengembangan kebudayaan melalui penggalian-penggalian kebudayaan itu sendiri menimbulkan pemahaman dan kesadaran akan kebudayaan menumbuhkan keyakinan akan kemampuan diri sendiri dan sadar berbudaya.
Pola kehidupan yang menyatu (integrated) yaitu keagamaan, seni budaya adat maka harus ke arah komersialisasi akan kecil dan selalu akan dapat diatasi sendiri. Dan dalam perkembangan seni tampak jelas adanya dua arah dan dua pola secara bersama-sama yaitu pola kesinian untuk pariwisata dan pola kesenian untuk kehidupan masyarakat dan ini lebih besar perkembangannya. Dalam kehidupan masyarakat Baliseni tidak dapat dipisah-pisahkan dan merupakan bagian dari hidupnya dan perlu terus mendapat pembinaan. Pembinaan diarahkan di mana masyarakat swadiri agar mampu mendukung kehidupan senimannya secara material. Bila ini sudah dapat dicapai maka kedudukan sosial budaya masyarakat akan makin kuat dalam menghadapi globalisasi.
Dinamika kehidupan kebudayaan yang bersifat progressif, kemudian diantisipasi secara positif oleh kebijaksanaan pemerintah daerah yang menyelenggarakan Pesta Kesenian Bali secara kontinue setiap tahun sejak tahun 1979. Dalam Pesta Kesenian yang tiap tahun berlangsung selama satu bulan itu berbagai produk kebudayaan dipamerkan berbagai aktifitas kebudayaan diragakan dan berbagai kreativitas dilombakan. Pelaksanaan Pesta Kesenian Bali yang berlangsung di tengah-tengah arus meningkatnya tahun telah memberikan makna pada kehidupan kebudayaan sendiri baik keluar maupun ke dalam. Tujuan utamanya ialah menggali semua potensi traidis seni budaya untuk dikembangkan agar dapat memenuhi stabilitas pada tiap-tiap perkembangaanya.

Dalam beberapa hal telah mencapai tujuannya. Pertama semua masyarakat telah mengenal kekayaan seni budayanya sendiri yang tiap-tiap tahun dipamerkan melalui prosesi, pergelaran dan pameran-pameran. Pariwisata dapat menyaksikan pertunjukan-pertunjukan seni yang bermutu pada waktu pesta seni berlangsung. Yang jarang mereka akan dapat melihatnya dalam kesempatan biasa dan demikian juga merupakan media komunikasi melalui seni yang sangat berharga. Dan masyarakat sendiri mendapat kesempatan menyaksikan seninya sebagaimana yang dikehendaki, isinya, ceritanya dan sebagainya, bahkan dalam bentuk yang cukup memberi rasa kebanggaan pada mereka. Masyarakat dapat melihat keberadaan seninya sendiri dalam dunia yang makin terbuka dan makin lebar.
Dalam hubungannya dengan Pariwisata dapat dikatakan bahwa antara pariwisata dan kebudayaan telah berkembang satu pola interaksi yang bersifat dinamik dan dinamika itu ternyata tidak hanya bergerak secara horisontal tetapi juga vertikal, dalam arti kebudayaan mampu meningkatkan Pariwisata dan Pariwisata mampu meningkatkan Kebudayaan serta dalam dinamika vertikal dalam kebudayaan secara jelas kentara potensi kebudayaan Bali dalam wujud yang luwes, adaptatif dan kreatif tanpa kehilangan identitasnya sendiri.
 
C. Penutup
Sebagai pusat pariwisata yang membuat kebudayaan Bali harus selalu mengalami pertemuan-pertemuan dengan berbagai kebudayaan, maka pembinaan kebudayaan lokal harus dilakukan secara terus menerus. Yang lebih penting, jangan sampai ada gejala masyarakat Bali diasingkan dari lingkungan kebudayaannya sendiri. Karena hal ini akan dapat membawa akibat buruk , seperti misalnya terjadi erosi kebudayaan yang dipaksa oleh kemiskinan penduduknya.
Tiap-tiap program pembangunan hendaknya selalu berkaitan dengan potensi dasar yang dimiliki oleh masyarakat Bali, yakni kebudayaan yang bernapaskan agama Hindu. Dan mengembangkan dinamika masyarakat daerah ini sangat efektif kalau dilakukan lewat lembaga-lembaga tradisional, sehingga mereka mampu dengan cepat menyesuaikan nilai-nilai baru yang hendak dikambangkan dalam menyongsong era globalisasi.



Related Post:

4 komentar:

Post a Comment

"DO FOLLOW" plugin installed, comment on this site and improve your pagerank