Saturday, May 22, 2010

Joged Sinabun, Menodai Filosofi Seni Tari di Bali

JOGED sinabun 1  Sudah menjadi rahasia umum bahwa di desa Sinabun, kecamatan Dawan, Buleleng terdapat seni tari atau pada umumnya disebut joged bumbung. Joged Bumbung sendiri merupakan tari pergaulan di Bali. Biasanya dipentaskan dalam acara-acara sosial kemasyarakatan di Bali, seperti acara pernikahan. Tarian ini ditarikan oleh penari wanita, yang kemudian mencari pasangan pria ( pengibing ) dari para penonton untuk diajak menari bersama. Tarian ini biasanya diiringi dengan seperangkat musik dari bambu.

Namun berbeda dari joged bumbung  lain yang ada di Bali joged bumbung di Desa Sinabun ( lebih dikenal dengan nama joged Sinabun) mempunyai ciri khas tersendiri sehingga membedakannya dengan joged bumbung lainnya yakni gerakan erotis dan tarian pornonya yang layak sensor. Joged Sinabun ini tampaknya tidak menghiraukan lagi masalah norma, sopan santun dan etika sebagai sebuah seni. Bahkan sama sekali tidak bisa disebut sebagai sebuah seni, dalam pentasnya unsur tarian hanya sebagai bumbu penyedap saja , menu utamanya keliaran dan kenakalan para penarinya. Ketika penari joged muncul dari rangki ( pintu keluar panggung sederhana ) penari joged cantik dan tergolong masih muda ini sudah melakukan aksi erotisnya dengan sengaja bergoyang ngebor sampai  meperlihatkan celana dalamnya yang mampu mengundang nafsu para penonton khususnya lelaki .  Tidak sampai disini saja aksi dari penari Joged Sinabun ini, hal yang paling ditunggu adalah ketika para penari mencari pengibing dari penonton untuk menemaninya menari. Pengibing dipilih melalui undian layaknya undian berhadiah menggunakan nomor yang sebelumnya telah dibagikan merata kepada penonton oleh panitia. Simbol dipilihnya pengibing dengan diikatkan sehelai selendang dileher oleh penari. Terpilih sebagai pengibing bisa dikatakan orang paling beruntung pada saat itu, beruntung karena bisa melakukan adegan cium-mencium, meraba-raba bahkan para penarinya sendiri tidak merasa risih untuk menempelkan tubuhnya (layaknya gerakan persetubuhan) pada pengibing. Sambil tersenyum, penari itu mengangkat satu kakinya kemudian bergoyang sambil berpelukan dengan hanya dibatasi kain saja. Ada juga pengibing yang sedang nungging, kemudian si penari melakukan goyang ngebor dari belakang. Dan yang membuat penonton tertawa terbahak-bahak ketika pengibing terlentang di panggung dan diduduki  penari joged sambil bergoyang memperlihatkan anunya.   joged sinabun 2JOGED SINABUN 3 Parahnya lagi joged ini tidak hanya ditonton oleh orang dewasa tapi ditonton pula oleh anak-anak yang masih polos dan lugu. Sangat menyedihkan itu adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan Joged Sinabun ini. Sebenarnya pihak berwenang tidak menutup mata akan kejadian ini, polisi gencar melakukan pembubaran apabila diketahui tempat dipentaskannya Joged Sinabun. Namun dewasa ini Joged Sinabun  biasanya dilakukan di tempat pribadi dan tersembunyi untuk menghindari aparat berwenang

Pada hakekatnya sebuah seni tari adalah sebuah seni yang suci dan sakral. Sebuah kesenian dalam filosofi masyarakat Bali adalah suatu persembahan kepada maha pencipta diwarnai dengan rasa pengabdian yang tinggi terhadap seni tersebut. Jika suatu karya seni tradisional mampu menimbulkan getaran taksu  atau memancarkan daya tarik maka hal itu bisa dipahami karena saat menciptakannya didorong oleh keinginan untuk mempersembahkan karya yang baik, jauh dari pikiran ego hak cipta dan nilai jual. Karya seni dan budaya Bali pada awalnya muncul sebagai suatu kewajiban yang patut dilaksanakan oleh kelompok profesi tertentu dalam upaya mempersembahkan bakti yang sempurna kepada Tuhan lewat kegiatan keagamaan. Tarian diciptakan untuk mengungkap ekspresi kebahagiaan menyambut turunnya para Dewata disaat upacara di Pura, seni rupa yang diterjemahkan dalam lukisan dan pahatan selalu tampil dalam berbagai kelengkapan sajen sebagai media untuk menyambung komunikasi spiritual sedangkan nyanyian kidung dikumandangkan untuk mengungkapkan puja dan puji atas kesejahteraan yang dilimpahkan oleh para Dewata.

Pemerintah bali sendiri telah berusaha keras menjaga dan melestarikan kesenian yang berkualitas dengan berupaya memagari dan menyaring seni agar menjadi sebuah seni tari berbudaya dan suci dan apakah seni itu berkualitas ( sesuai etika, moral dan kepercayaan ) sehingga  layak ditampilkan pada hotel berbintang dan acara penting lainnya dengan menebitkan sertifikat “ Pramana Patram Budaya” . Landasan tolak ukur seni dan budaya di Bali, layak atau tidak dilihat dan dipertontonkan bagi khalayak ramai. Tentu saja sertifikat ini tidak gampang dan mudah didapat. Apalagi daerah di kawasan yang tidak tersentuh pembangunan dan jauh dari daya tarik wisata.

Joged Bumbung sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan budaya nenek moyang. Namun joged porno dan erotis baru ada dan berkembang pada tahun 1997 dimana krisis moneter menghantam Indonesia sehingga berimbas juga pada Bali dimana seni menjadi komersil dan diperjualbeliakan. Hal ini tidak berarti negatif karena tidak disangkal dengan adanya komersialisasi budaya banyak hal positif yang didapat seperti mengangkat perekonomian Bali dan terjadinya revitalisasi budaya.

Penyebab dari adanya joged Sinabun ini menurut hemat saya adalah jenjang pendapatan sebuah pementasan kesenian di Bali Utara seperti Kuta, Denpasar, Gianyar, dll dimana merupakan tempat-tempat destinasi wisata yang ramai dan terkenal sehingga pendapatan dari pekerja seni ini lebih dari cukup untuk menghidupi keluarga dan makan sehari-hari sedangkan Bali Selatan seakan tidak tersentuh oleh pengaruh positif keseniaan di Bali Utara, dimana Bali Selatan adalah daerah Buleleng atau Singaraja tepatnya daerah Sinabun. Para penari joged Sinabun ini mendapatkan upah Rp 50 rb untuk sekali pentas bayangkan betapa jauhnya gap pendapatan dengan seorang penari di Hotel berbintang 5 yang mendapatkan upah sekitar Rp 7 juta/bulan. Itulah masalah klasik dari negeri ini kemiskinan dan beban hidup yang berat dimana pemerintah terkesan lepas tangan terhadap realita kehidupan saat ini.

15 comments:

  1. kleng dueg gen nani ngomong,,,yen ake sing ngamah
    nani kar ngemang..de pete gen,mai disinabun ngomong kto.,pling baju nani mulih.,

    ReplyDelete
  2. ake uli sinabun ne..ci melahang nake mpete
    nulis gen nani sing bise..tamatan ape nani???
    macem2 ci jak desan ake,,,twang ci leak sinabun,,???? dot nto ngalih ci mulih,
    ake gen ing bani ngomong tawah2,,

    ReplyDelete
  3. Menurut saya sih bukan hanya faktor ekonomi saja penyebabnya tapi lebih kepada peralihan pola hidup masyarakat kita menuju masyarakat modern. Jujur kita harus akui bahwa banyak masyarakat kita yang suka akan hiburan seperti ini namun perlu ada aturan2 main yang harus kita sepakati bersama.

    ReplyDelete
  4. @gede : kenyataan ne sperti itu bro,,,rage nu mahasiswa ne,,,sante nae,,,sabar,,,bisa diomongkan
    @anymous: ya bener itu bro

    ReplyDelete
  5. pls be careful to posted in public article this is related with sinabun not gonna be good. tray to respect the diversity.

    ReplyDelete
  6. gede ; rage masih uli sinabun,..ink perlu menutupi kenyataan..tpi mari cari solusi bersama gimana caranya merubah image negatif itu agar bisa psoitif kedepannya..joged yang bener2 mempertontonkan unsur kesenian!
    Setzer ; bener ni joged sinabun? soalnya ada sekha saja sinabun tpi jogednya dari Luar....! dan sebaliknya ...mengatas namakan Sinabun!

    ReplyDelete
  7. tdk ush saling mnyalhkn dan mejelekn, mari kt perbaiki dan cr solusi brsma, bkn joged sinabun aja yg bgtu ampir semuanya

    ReplyDelete
  8. tdk ush saling mnyalhkn dan mejelekn, mari kt perbaiki dan cr solusi brsma, bkn joged sinabun aja yg bgtu ampir semuanya

    ReplyDelete
  9. tdk ush saling mnyalhkn dan mejelekn, mari kt perbaiki dan cr solusi brsma, bkn joged sinabun aja yg bgtu ampir semuanya

    ReplyDelete
  10. di Sinabun tidak hanya joged saja yang ada
    tapi ada banyak warisan budaya yang semakin tidak terurus, dan ada budaya yang hampir punah karena tidak ada yang mewarisinya, kalau mau membuat artikel tentang desa baik desa sinabun maupun desa-desa yang lain tolong yang diangkat masalah warisan budaya yang hampir punah..apa lagi ini masalah pariwisata
    jangan mentang-mentang mahasiswa bisa menulis seenaknya tanpa memperhatikan baik buruknya.
    dengan menyebut sinabun bukan hanya perorangan yang kena, tapi seluruh masyarakat desa sinabun
    jadi jika anda masih peduli tentang sinabun atau desa-desa yang ada di bali
    angkatlah tentang warisan budaya yang hampir punah karna tidak ada yang melanjutkannya....
    semoga sukses........

    ReplyDelete
  11. Hai teman baca ini yaa ,, bagus buat diri anda :)
    disini banyak ilmu yg bermanfaat lho ..

    http://fadhlyashary.blogspot.com/2011/11/manfaatkan-potensi-diri-anda.html

    ReplyDelete
  12. Saya orang Bali. Sejujurnya, saya malu melihat tarian BEJAT macam begini. Apa-apaan ini Bali, bener-bener tidak bermoral ini tarian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau mau bertari erotis.menarilah di bar.diskotik.mau tari sex bebasjuga bisa..ne joged nari porno di depan anak anak kecil.malu saya jadi orang bali di sumatra melihat tarian porno seperti itu.

      Delete
    2. Saya setuju, harus ada privasi sebab anak anak kecil harus dilarang dari menceburi joget ini, sangat tidak sihat dg minda dan moral merek, dari itu, jadikan ia satu adat secara tertutup, sebab ia terdedah kepada maksiat2 dan khamar.

      Delete
  13. Bali harus menutupi joget2 ini kepada keterbasan umur ya, lebih baik jgn jadikan wanita sebagai simbol yg menghairahkan mana mana pihak...amat tidak bagus di sisi pandang manusia,apalagi di sisi Tuhan.

    ReplyDelete

"DO FOLLOW" plugin installed, comment on this site and improve your pagerank