Saturday, March 27, 2010

Desa Wisata JatiLuwih, UNESCO World Heritage

4 komentar

 Jatiluwih berada di Kabupaten Tabanan kurang lebih berjarak 40 km dari pusat kota Tabanan dan 60 km dari Denpasar lokasi objek wisata Jatiluwih ini berada di daerah pegunungan dengan hawa yang sejuk dan tentunya hamparan teras sering yang sangat indah.
Salah satu  Daya Tarik Wisata yang mempunyai ciri khas yaitu Jatiluwih dengan hamparan persawahan dengan teras seringnya yang indah dan memukau. Kata Jatiluwih sendiri berarti jati berarti sejati dan luwih berarti indah jati luwih memang benar benar indah. Daya Tarik Wisata yang berada di daerah pegunungan Batukaru, Jatiluwih memiliki pemandangan alam yang indah. 
Sebagian besar daerahnya merupakan daerah persawahan yang bertingkat atau sawah teras sering khas Bali yang akan membuat Anda semakin menganggumi keindahan objek wisata bali yang satu ini. Jatiluwih memiliki luas 636 hektar. Jatiluwih memakai sistem pengairan subak yaitu sistem pengairan atau irigasi tradisional Bali yang berbasis budaya dan masyarakat. Subak memiliki pura yang dibangun untuk dewi kemakmuran dan dewi kesuburan. Keunikan sawah berteras inilah yang membuat Jatiluwih  masuk daftar UNESCO World Heritage sebagai warisan budaya dunia. Sesekali, Anda juga akan melewati sungai, pura, atau rumah-rumah penduduk yang masih sederhana suasananya benar-benar menggambarkan suasana pedesaan dan alam bali yang damai. Untuk dapat menikmati panorama ini, Anda bisa menggunakan sepeda atau jika ingin merasakan sesuatu yang berbeda saat anda liburan ke bali sempatkanlah mampir ke Daya Tarik Wisata yang satu ini yaitu Jatiluwih.

sumber: gobalitours.com

Wednesday, March 24, 2010

Ogoh-ogoh gallery,Tahun caka 1932,2010

3 komentar
inilah foto foto ogoh-ogoh  juara dan finalis dari Lomba Ogogh-Ogoh Denpasar 2010,,
lets cekidot,,

NEW !!
Pemenang grand final lomba ogoh-ogoh se kota Denpasar  tahun 2010 (sumber : Radar Bali)
Juara 1 : Banjar Anggarkasih, Sanur (Ogoh-ogoh Sapuh Leger)
Juara 2 : Banjar Taensiat (Ogoh-ogoh Candra Baerawa)
Juara 3 : Banjar Tege, Tonja
Juara harapan 1 : Banjar Pekambingan
Juara harapan 2 : Banjar Gemeh
Juara harapan 3 : Banjar Abian Kapas Kaja



Festival Ogoh-Ogoh Denpasar, Ogoh Ogoh's Fest, Ogoh-Ogoh in Bali, 
Ogoh-Ogoh Denpasar
Juara I Br Anggarkasih (Denpasar Selatan)
Tema ; Wayang Sapu Leger
Juara II Br Tainsiat ( Denpasar Utara)
Tema : raksasa Candra Berawa
Juara III Br Tege (Denpasar Utara), Tonja
Juara Harapan I Br Pekambingan ( Denpasar Barat)

Juara harapan II Br Gemeh (Denpasar Barat)
Tema : Marica Lina

Juara harapan III Br Abian Kapas Kaja (Denpasar Timur)


 Finalis-finalis Lomba Ogoh-Ogoh sesuai kecamatan yang diwakili : 
  • Denpasar Utara 
Br  Sari, Ubung.Tema : Rabies
Br. Mertah Kauh Kaja. Tema : Parasu Rama Awatara


  • Denpasar Selatan
Br Taman Sari, dan juara III lomba kecamatan se-Sanur
Br Singgi ,Sanur
Sidakarya
Br Lentang Bejuh, Sesetan
 
  • Denpasar Barat
Br Kepisah, Sumerta
Br Samping Bumi
 
  • Denpasar Timur
Br Kertapura, Kseiman kertalangu
Tema : Lenda Lendi
Br Dauh Tangkluk, Kesiman
Br Tembau Kelod

Ogoh-ogoh Gallery Part 2

0 komentar
Sebenarnya masih banyak Ogoh ogoh yang bagus dan keren diluar pemenang lomba dan finalis Ogoh-ogoh Denpasar :
Cekidot gan gak kalah keren nih ;
  • Kawasan Sanur dan sekitarnya
 Upin Ipin 
dadap ajeg bali
  •  Kawasan Hayam Wuruk dan Yangbatu    
 Br Kelandis,Hayam Wuruk
  • Kawasan Gunung agung dan sekitarnya
Br Panti sari & Br Panti Gede
Setia budi
Br Tampak Gangsul
Br MertaGangga
Monang- maning
 
Abian kapas 
  • Kawasan Imam Bonjol
  • Kawasan Kuta dan entah dimana
 NB : sebenarnya masih banyak foto ogoh-ogoh di kamera namun berhubung efisiensi maka ini adalah foto yang layak untuk di upload

Hari Ngrupuk ( Pengrupukan Day )

2 komentar
Hari Raya Ngrupuk adalah hari yang jatuh pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9)  sehari sebelum Hari Nyepi menurut tanggalan bali, umat Hindu melaksanakan upacara Bhuta Yadnya di segala tingkatan masyarakat,mulai dari masing-masing keluarga,banjar,desa,kecamatan dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar. Pawai ogoh-ogoh pada sat hari raya pengrupukan sendiri pernah ditiadakan pada tahun 2009 lalu dengan alasan Pemilu. Hal ini sebenarnya merupakan dilema tersendiri bagi masyarakat Bali karena Pemerintah terlihat seperti mengutamakan masalah politik ketimbang melestarikan budaya dan kreatifitas dari masyarakat Bali. Akhirnya, pada tahun 2010 kembali dilaksanakan pawai Ogoh-ogoh pada tanggal 15 Maret. Ini adalah foto-foto saya bersama-sama teman pada saat hari Pengrupukan di Denpasar, menuju puputan Badung. 
Diawali dengan bunyi kulkul ( kentungan khas Bali ) tepat pada saat Sandikala (kira2 jam 6 sore jam saat  para iblis keluar) maka dimulailah pawai Ogoh-ogoh kami diiringi dengan gamelan dari sekaa gong banjar dan tidak lupa diperciki air suci oleh pedeta untuk keselamatan maka sekitar jam 7 malam kami berangkat,,,cekidot gan ;
start pengrupukan
ogoh-ogoh mulai diarak dengan tujuan Puputan Badung dan tentunya ditemani banyak bidadari kiiirrr,,,,prikitiew
piece semua salam damai dari Bali,,we are Bridge Rock City,,Never Ending Story

Friday, March 12, 2010

The Art of Megibung

3 komentar

Megibung adalah sebuah seni makan bersama yang dilakukan oleh umat hindu yang hanya ada di Karangasem, bagian timur dari Pulau Bali.
Megibung ini dilakukan dengan wadah khusus dengan posisi makan mengilingi wadah tersebut. Biasanya dalam satu lingkaran ada 6 sampai 7 orang.Satu kelompok itu disebut sela.
Megibung pada hakikatnya dilakukan oleh umat hindu di Bali pada saat melakukan upacara Panca Yadnya baik itu Manusa Yadnya seperti upacara perkawinan dan upacara Pitra Yadnya seperti upacara Ngaben ( upacara pembakaran mayat atau kremasi umat Hindu di Bali. Megibung ini biasanya dilakukan pada saat kita selesai melakukan gotong royong dalam membantu orang yang sedang mempunyai acara dan sebagai bentuk tradisi penghormatan maka dalam pemberian makan bagi mereka yang membantu diadakanlah Megibung. Megibung adalah sebuah budaya yang patut dilestarikan karena dengan Megibung kita sebagai umat beragama dapat memupuk rasa persatuan dan rasa gotong royong.
Dalam pelaksanaannya sebenarnya Megibung mempunyai beberapa aturan namun banyak orang tidak tahu mengenai hal ini khususnya orang dari luar Karangasem, maka dari itu saya akan membahas mengenai aturan dalam Megibung :
1. Orang paling tua ( tertua ) yang berhak membagikan makanan pada saat Megibung
2. Tidak boleh mengambil makanan orang di sebelah kita baik itu saudara kita sendiri dalam artian karena dalam Megibung itu kita makan dengan satu wadah kita harus bisa menjaga sopan santun.
3. Jangan menjatuhkan sisa makanan yang telah kita makan di atas wadah Megibung usahakan tidak menjatuhkan makanan atau bisa dijatuhkan di luar.
4. Pada saat membagi lauk atau daging yang sulit dibagi jangan menggunakan mulut karena haram hukumnya dalam Megibung, gunakanlah tangan.
5. Terdapat urutan dalam membagikan lauk pada saat Megibung seperti contoh sayur sebagai pembuka dan terakhir adalah sate.

SEJARAH MEGIBUNG
Menurut beberapa catatan sejarah, tradisi megibung ini dikenalkan oleh Karangasem I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Ketika itu, Karangasem dalam ekspedisinya menaklukkan Raja-raja di tanah Lombok (Raja Sasak). Ketika istirahat dari peperangan, raja menganjurkan semua prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi melingkar yang belakangan dikenal dengan nama Megibung. Bahkan, raja sendiri konon ikut makan bersama dengan prajuritnya.

Megibung penuh dengan nilai-nilai kebersamaan. Dalam megibung secara umum tidak ada perbedaan jenis kelamin, kasta atau catur warna. Anggota satu sela, misalnya, bisa terdiri laki dan perempuan, atau campuran dari golongan brahmana, ksatrya, wasya dan sudra. Mereka bersama-sama menghadapi makanan. Nilai kebersamaan ini telah dicanangkan sejak jaman I Gusti Anglurah Ktut Karangasem, dan sudah menjadi tradisi hingga kini, baik di Karangasem maupun Lombok.